Manusia Semakin Bodoh: Pengaruh AI?
Pada masa lampau, kita tahu banyak sekali ilmuwan dan pemikir terkenal yang memberikan pondasi segala pemikiran dan teknologi masa kini. Kamu bisa sebutkan manusia-manusia seperti Plato, Aristoteles, atau yang lebih kontemporer seperti Einstein, Nicola Tesla, dan juga ilmuwan dari Timur seperti Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi. Pernah ga sih kamu berpikir kok orang-orang seperti mereka banyak dan dikenal di zaman dulu? Sedangkan, pada masa kini, ilmuwan-ilmuwan tersohor setingkat mereka mungkin ga banyak. Bisa jadi karena penemuan yang sudah mereka tegakkan sudah sangat mencakup pondasi ilmu pengetahuan kita masa kini untuk menunjang kehidupan kita. Akan tetapi, sebenarnya ga cuma itu aja, secara keseluruhan, kecerdasan manusia sebenarnya memang menurun loh. Loh kok bisa? Bukannya teknologi semakin berkembang? Justru, kemajuan teknologi berkorelasi negatif dengan tingkat inteligensi manusia. Sebaenarnya, bukan tingkat inteligensinya secara langsung sih, tapi lebih kepada pertumbuhan inteligensi manusia yang cenderung stagnan.
![]() |
Pertumbuhan IQ Manusia selama satu abad (Baker dkk., 2015) |
Gambar di atas menujukkan pertumbuhan IQ manusia dari tahun 1900-2010. Baker dkk. (2015) menjelaskan kalau peningkatan tersebut disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah revolusi di bidang pendidikan dan penelitian Di sisi lain, disebutkan juga kalau di masa itu perkembangan standarisasi dari tes inteligensi saat itu juga berperan dalam melesatnya IQ manusia. Kita tahu sendiri bahwa basis teori di ilmu sosial ataupun eksakta banyak dibangun di masa-masa tahun 1920an-1950an. Hal itu dipengaruhi juga oleh kompetisi antara negara-negara yang terlibat di perang dunia 1 dan 2, terutama dalam bidang teknologi persenjataan. Ditambah lagi, adanya perang dingin yang terfokus dalam perlombaan persenjataan dan ilmu pengetahuan. Kita tahu sendiri lah ya banyak penemuan yang menggemparkan dunia saat itu, misalnya bom atom, senjata nuklir, perjalanan ruang angkasa, teori relativitas, dan teori-teori di bidang sosial dan psikologi. Hasilnya, kita banyak terafasilitasi di masa kini. Nah tapi, sayangnya, tren pertumbuhan IQ manusia cenderung stagnan di awal abad ke-21 ini. Hal itu justru salah satunya disebabkan oleh hasil dari buah pikir ilmu pengetahuan sendiri.
Fasilitas Kognitif dan AI
Jadi, ada yang disebut Cognitive Facility Management, kita sebut aja CFM. Singaktnya, CFM ini merupakan sistem berbasis komputer, machine learning, dan artificial intelligence untuk menunjang aktivitas manusia, baik aktivitas fisik, sosial, dan ekonomi (Xu dkk, 2019). CFM ini juga bisa masuk ke aspek kehidupan sehari-hari. Mungkin kalian ga sadar, banyak fitur di aplikasi dan media sosial kalian itu yang sudah dirancang supaya kalian bisa meminimalisasi usaha kognitif yang kalian keluarkan ketika menggunakan aplikasi dan media sosial, Contohnya, peletakan tombol di aplikasi, short video, pengaturan agenda oleh media, atau yang lagi rame yaa si ChatGPT sama Meta AI. Pasti beda kalau kalian nyari di AI dan kalian baca artikel atau buku, lebih cape mana? Pasti artikel atau buku kan. Itu artinya udah mengeluarkan usaha kognitif dan melatih komprehensi membaca kalian juga. Itu penting loh, supaya kalian ga gampang ditipu atau kemakan hoax karena kalian sudah terbiasa mengeluarkan upaya kognitif yang lebih sehingga kalian lebih kritis, jadi ga cuma disuapin aja. Bukannya gaboleh pakai AI, penulis pun kadang pakai AI juga kok, tapi jangan kalian sampai ketergantungan dan dikendalikan oleh AI, kalian yang harus mengendalikan si AI itu.
Kesimpulan dan Saran
Jadi, salah satu stagnansi IQ manusia itu memang karena kemudahan teknologi. Bukannya ga bersyukur teknologi yang maju, tapi kadang fasilitas teknologi yang "di luar nalar" ini perlahan mengurangi kemampuan-kemampuan manusia, ga hanya di dalam inteligensi aja. Sedikit saran buat kalian yang masih kuliah, jangan keseringan pake AI peringkas jurnal gitu, kalau kebiasaan nanti kalian jadi malas baca dan kurang kritis jadinya, boleh sih tapi yaa jangan setiap saat. "Kan udah dipermudah teknologi ngapain cape-cape?" Iya memang, mudah sih jadinya, tapi nanti gara-gara semuanya mudah, ga terbiasa ngeluarin effort kognitif lebih jadinya tumpul deh. "Gapapa toh ga ngerugiin lo juga" Salah besar, itu ngerugiin se-negara karena kalian penerus bangsa. Sekian terima kasih.
Referensi
Baker, D. P., Eslinger, P. J., Benavides, M., Peters, E., Dieckmann, N. F., & Leon, J. (2015). The cognitive impact of the education revolution: A possible cause of the Flynn Effect on population IQ. Intelligence, 49, 144–158. https://doi.org/10.1016/j.intell.2015.01.003
Xu, J., Lu, W., Xue, F., & Chen, K. (2019). “Cognitive facility management”: Definition, system architecture, and example scenario. Automation in Construction, 107, 102922–102922. https://doi.org/10.1016/j.autcon.2019.102922
Komentar
Posting Komentar